KAISAR DAN KE 150 SELIRNYA
Suatu ketika Sun Tzu dipanggil oleh kaisar dan Sun Tzu diminta untuk membuktikan teori-teorinya tentang kedisiplinan, “Coba buktikan teori-teorimu tentang kedisiplinan dengan mengatur selir-selirku, “ perintah Kaisar.
Sun Tzu tahu, Kaisar sangat pusing mengatur 150 selirnya yang tidak disiplin. Sun Tzu bersedia melakukan perintah Kaisar, syaratnya adalah Kaisar harus memberikan wewenang penuh kepada Sun Tzu untuk melakukan apa saja yang dianggapnya perlu. Kaisar yang sudah tiba pada puncak kepusingannya tak keberatan dengan syarat yang diminta.
Sun Tzu berpendapat bahwa disiplin itu bisa ditanamkan melalui pelajaran baris berbaris, ia pun tahu bahwa mengajar 150 selir sekaligus baris berbaris adalah sebuah kesulitan. Ia lalu memilih tiga selir yang paling dikasihi oleh Kaisar, ketiga orang itulah yang kemudian dididiknya secara khusus untuk menjadi pelatih baris berbaris.
Setelah dianggap cukup, ketiga selir itu dimintanya melatih pasukan selir yang telah dibagi menjadi tiga bagian. Dapat diduga, acara itu segera berubah menjadi kekacauan besar, ketiga pelatih maupun semua peserta hanya cekikikan di lapangan dan mereka sengaja membuat kesalahan-kesalah untuk meledakkan tawa yang lebih besar.
Sun Tzu lalu membubarkan barisan dan memanggail ketiga selir kesayangan Kaisar itu. “Begini, nyonya-nyonya, saya adalah orang yang percaya bahwa bila saya gagal menurunkan suatu ilmu, artinya saya yang tidak berhasil menjelaskannya dengan baik, karena itu, prosesnya harus saya ulangi sekali lagi”.Lalu proses yang membosankan itu pun diulangi. Sun Tzu menyampaikan pelajarannya lebih lambat, sehingga terperinci, ketiga selir mengikuti pelajaran sambil menguap lebar-lebar dan sesekali berbisik-bisik dengan sesamanya.
Pelajaran baris berbaris utnuk semua selir pun diselenggarakan kembali. Persis sama dengan yang pertama, acara itu pun berantakan. Sun Tzu berkali-kali membubarkan barisan.
“Nyonya-Nyonya”, kata Sun Tzu dengan sabar, di depan tiga selir utama. “Kalau kekeliruan ternyata telah terjadi lagi, maka saya pikir kesalahannya terletak pada nyonya-nyonya dalam menyerap dan menyampaikan kembali pelajaran itu. Sekarang saya beri kesempatan sekali lagi kepada nyonya-nyonya untuk melatih baris-berbaris secara baik dan penuh disiplin, sementara itu bila ada hal-hal yang belum jelas, silahkan bertanya sekarang?”
Ternyata tak ada yang bertanya, ketiganya menyampaikan bahwa baris-berbaris adalah urusan yang gampang, mereka juga meremehkan Sun Tzu sambil menyanggupi bahwa esok pagi pasti pelajaran baris-berbaris akan berjalan lancar.
Esoknya terjadi kekacauan, Sun Tzu pun mengumpulkan ketiga selir utama, setelah membubarkan barisan, “Nyonya-Nyonya, berdasarkan teori siasat yang saya buat, bila tiga kali berturut-turut suatu hal gagal dilakukan, maka seseorang yang gagal harus dihukum pancung, karena itu besok di hadapan seluruh selir Kaisar, saya akan melaksanakan hukuman itu”.
Ketiga selir itu kaget, mereka lari menghadap kaisar untuk mengadukan Sun Tzu, Sun Tzu pun segera dipanggil menghadap, “Benarkah, Jenderal hendak memacung ketiga selir terkasih saya, “ kata Kaisar, “Benar, Paduka”.
“Saya minta Jenderal membatalkan niat itu, saya sangat mencintai mereka dan tak ingin kehilangan satu pun dari mereka.”
“Tetapi bukankah kaisar telah memberi wewenang kepada saya untuk mendisiplinkan ke 150 selir paduka.”
Kaisar akhirnya menyerah, ia tidak ingin mencabut wewenang yang telah didelegasikan kepada Jenderal Sun Tzu.
Besok paginya, kehebohan terjadi, Jenderal Sun Tzu memenggal leher jenjang ketiga selir elok itu di depan semua selir yang hadir lengkap. Lalu Sun Tzu berkata, “Sekarang saya akan memilih tiga orang lagi untuk menjadi pelatih baris-berbaris, akan saya berikan tiga kali kesempatan kepada mereka, untuk melatih baris-berbaris dengan baik, Bila gagal, nyonya-nyonya tahu apa yang akan saya lakukan.”
Sun Tzu berhasil, kaisar kini tak pusing dengan ke 147 selirnya yang masih hidup serta penuh disiplin, semuanya berusaha untuk memberikan yang terbaik untuk kebahagiaan kaisar, Kaisar yang telah kehilangan tiga selir yang paling dikasihinya, tetapi ia masih memiliki 147 selir yang jauh lebih disayang.
Ini kisah benar-benar pernah terjadi di zaman Sun Tzu, salam antusias.
Intinya Bukan masalah pemacungannya yang merupakan perbuatan biadab, tetapi lebih kepada disiplin dan stategi untuk mencapai sukses. Para Naga sering menggunakan trik ini yaitu dengan adanya Reward and Punishment yang mendukung pencapaian tujuan. Semua ini merupakan proses yang harus dijalani untuk menuju sukses.
edited from : deardesy 'a cup of life history'
ini apakah editannya ada yg dikurangi ya? kalau iya, jadi penasaran baca edisi fullnya.... bds artikel ini jd punya pemikiran : mungkin pada saat itu si sun tzu belum kenal yg namanya strategi begin w/ the end in mind :p saat kita tau apa yg menggerakkan tujuan hasilnya akan lebih efektif n bertahan lama dibanding sistem reward n punishment tanpa dijelasin alasan sebagai penggerak meraih tujuannya *pendapat awam :D*
BalasHapushhmmm., iaa qaqa kan gak mungkin bisa di tulis semuanya..bbuuannnyyyaaakkk bbuuaanggedd..edisi sun tzu bisa di donlot di youtube buuaannyaakk buangedd..soo, berkunjunglah kee mbak yutub..hhehheee,_^
BalasHapus