30.12.11

Keindahan Memberi

Ibu Theresa, “Kita tidak bisa melakukan hal besar di Bumi ini. Kita hanya bisa melakukan hal kecil dengan cinta yang besar.”

..Keindahan Memberi..

sediki cerita mengenai keindahan memberi, catatan yang di kutip dari sebuah catatan yang begitu bisa membuka pikiran dari berbagai sudut pandang..lets see,

"..Tidak ada yang bisa menyamai rasa senang ketika kita tahu bahwa kita telah melakukan sesuatu yang sangat baik untuk orang lain. Tak peduli, apakah orang lain itu tahu atau tidak tahu, kita melakukan sesuatu yang baik untuk mereka. Kita percaya, apapun agama kita, background budaya kita, profesi kita, status social kita, yang namanya memberi kepada orang lain, pasti berada di puncak tertinggi perbuatan baik kita.

Ibu Theresa, seorang tokoh spiritual dari India, terkenal sebagai guru perdamaian, persaudaraan, amal, kebaikan dan cinta. Kutipan ucapannya yang paling saya sukai adalah yang bunyinya begini: “Kita tidak bisa melakukan hal besar di Bumi ini. Kita hanya bisa melakukan hal kecil dengan cinta yang besar.” Yang ia maksud adalah, kita tidak perlu mengubah dunia dengan tindakan kita. Kita hanya melakukan sumbangan kecil yang tak pernah berhenti.

Suatu kali Ibu Theresa ditanya oleh seseorang: “Apa yang bisa dilakukan seseorang untuk menjadi lebih bahagia?” Ia menjawab: “Lakukan sesuatu yang menyenangkan untuk orang lain.” Kalau kita melakukan sesuatu yang menyenangkan untuk orang lain, maka dunia akan terlihat lebih baik. Kalau kita bersikap baik dan penuh perhatian, dunia juga akan mengembalikan kebaikan itu kepada kita.

Kita bisa melakukan hal-hal yang baik dari hal-hal yang kecil. Suatu kali, ada seorang anak kecil yang lupa membawa bekal makanannya ke sekolah. Lalu, ada seorang temannya yang menawarinya makan bersama dari bekalnya saja. Tindakan sederhana ini rupanya dikenang oleh si anak kecil ini. Sepanjang hari ia berbahagia terus karena mengetahui ada orang lain yang begitu baik kepadanya. Di sebuah sekolah SMA, ada anak-anak remaja yang berinisiatif mengumpulkan seribu rupiah tiap bulannya untuk membantu seorang anak di daerah yang tidak bisa sekolah karena tidak ada biaya. Kita hanya bisa membayangkan, apa yang terjadi kalau semua sekolah memiliki gagasan hebat seperti anak-anak remaja ini. Setidaknya, seluruh dunia akan menjadi lebih baik dan akan menanggung lebih sedikit penderitaan.

Kadang-kadang, membela pecundang atau menolak mempermainkan seseorang yang menjadi bahan ejekan orang lain adalah tindakan cinta yang sederhana. Sesuatu yang membuat kita lebih bahagia. Dan, kadang-kadang, sekedar mengucapkan hallo atau juga hanya dengan tersenyum kepada orang lain, itu saja sudah cukup.

Setiap kali kita memberi kepada orang lain, dan dengan cara apapun yang kita pilih, kita akan merasakan bahwa tingkat stress kita akan berkurang. Kita akan merasa lebih baik tentang diri sendiri, dunia sekitar dan Tuhan. Salah satu rahasia terbesar di dunia ini adalah memberi. Dengan memberi lebih sering, kita akan menjadi lebih bahagia.

Kadang-kadang kita menjadi seseorang yang peragu ketika hendak memberi. Kita memikirkan dampak dari pemberian kita pada orang lain. Misalnya kita memberi uang seratus ribu kepada orang yang minta pertolongan kepada kita. Kita berpikir, uang ini nantinya mau dipakai untuk apa ya? Jangan-jangan untuk beli narkoba, jangan-jangan untuk judi, jangan-jangan saya cuman ditipu? Akhirnya, kita berada di titik ragu untuk memberi, dan akhirnya kita tak jadi memberi.

Suatu kali ada seorang teman yang bercerita begini: Saya tahu saya akan ditipu, tapi saya tetap memberi. Waktu itu, datanglah kepada saya seorang yang mau pinjam uang. Dia bilang orang tuanya meninggal dunia dan dia butuh uang untuk menguburkannya. Teman saya ini mengatakan: Akhirnya dia memberi uang tersebut, meskipun ia tahu ia telah dibohongi dan telah ditipu, karena ia tahu persis orang tua orang ini tidak meninggal dunia. Saya bertanya: Kenapa ia tetap memberi meskipun ia tahu kalau ditipu? Teman saya ini menjawab: Memberi itu tidak tergantung pada kondisi di luar diri kita. Memberi itu tergantung pada kondisi di dalam diri kita. Tidak ada orang lain yang bisa memotivasinya memberi atau melarangnya memberi. Dirinya sendirilah yang memutuskan, apakah akan memberi atau tidak.

Nilai dari sebuah pemberian, bukan tergantung pada alasan-alasan mengapa kita memberi, tapi pada motivasi mengapa kita memberi. Kita bisa kasihan dengan orang lain, tapi motivasi kita bisa jadi hanya untuk mencari nama baik dan popularitas. Kasihan, iba, tersentuh, simpati, empati, hanya perasaan-perasaan yang berada di level permukaan, yang harus kita murnikan lagi, kita pertanyakan terus, sampai menemukan inti motivasi dari tindakan memberi kita. Seperti mutiara yang penuh lumpur, harus dicuci dan digosok lagi agar menemukan keindahan mutiaranya. Motivasi itu tidak bisa diukur orang lain, kecuali diri kita sendiri. Motivasi itu hanya bisa ditemukan lewat jalan-jalan kejujuran, bukan kemunafikan.

Memberilah karena Anda ingin memberi, bukan karena rasa iba, kasihan, atau agar dapat pujian apalagi pahala. Kitab suci dengan bagus sekali membahasakan bagaimana Tuhan juga memberi hujan dan matahari kepada orang baik dan orang jahat. Ketika kita memberi, ini hanya percikan kebaikan Tuhan yang ada dalam diri kita, yang Maha Pemberi. Maka, motivasi teragung dan terluhur dalam memberi, bukan dengan melihat kondisi orang yang mau kita beri, tapi melihat Tuhan yang tiada henti memberi kepada kita manusia. Dengan menggantungkan motivasi kita pada Tuhan, maka dorongan memberi dalam diri kita ini tak akan pernah berhenti, ibarat sungai, tak akan pernah kering. Akan selalu mengalir, membasahi orang-orang di sekitar kita.

Memberi tak harus lewat materi. Karena pemberian materi bisa busuk, bisa rusak, bisa hilang, bisa kadaluwarsa. Pemberian materi hanya symbol saja dari pemberian diri kita kepada orang tersebut. Jadi bukan yang utama. Senyuman, sambutan hangat, perhatian dan kehadiran, jauh melampui semua pemberian dalam bentuk materi. Untuk hal ini, Kahlil Gibran, Penyair terkenal dari Palestina, pernah berujar: Bila engkau memberi dari hartamu, tak banyaklah pemberian itu. Namun jika engkau memberi dari dirimu, itulah pemberian yang penuh arti. Jadi, luangkan waktu untuk memikirkan berbagai cara supaya kita bisa lebih sering memberi kepada orang lain. Percayalah, tidak ada yang sia-sia ketika kita melakukannya.."

"reby : "..woto.."
".. kelingan .."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar